Mitsubishi Grandis, sebuah nama yang pernah berusaha mengukir sejarah di segmen Multi-Purpose Vehicle (MPV), namun kini hanya menjadi kenangan. Mobil yang hadir dengan desain yang ganteng dan sporty ini ternyata memiliki beberapa kelemahan yang membuatnya kurang diminati di pasaran. Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang alasan-alasan yang membuat Mitsubishi Grandis tidak laku di pasaran, terutama di Indonesia.
Desain yang Tidak Sesuai Selera Pasar
Mitsubishi Grandis hadir dengan tubuh yang pipih, mirip seperti mobil estate atau wagon, yang mungkin terlihat menarik bagi sebagian orang. Namun, desain ini ternyata tidak sepenuhnya sesuai dengan selera pasar Indonesia yang cenderung lebih menyukai MPV dengan desain yang lebih tinggi dan kokoh. Desain Grandis yang lebih mirip dengan mobil Eropa ini mungkin terlalu jauh berbeda dari ekspektasi konsumen di Indonesia yang menginginkan mobil keluarga yang besar dan tangguh.
Kelemahan Desain
- Desain Eropa: Grandis membawa desain yang lebih umum ditemukan pada mobil-mobil Eropa, yang tidak sepenuhnya cocok dengan preferensi konsumen di Indonesia.
- Kesan Kurang Kokoh: Dibandingkan dengan kompetitornya, Grandis terkesan kurang kokoh karena bentuknya yang lebih pipih dan rendah.
Dampak Pasar
- Kurang Peminat: Desain yang tidak sesuai dengan selera pasar membuat Grandis kurang diminati oleh konsumen Indonesia.
- Persaingan Ketat: Di segmen yang sama, banyak kompetitor dengan desain yang lebih sesuai dengan selera pasar, membuat Grandis kalah bersaing.
Performa Mesin yang Kurang Efisien
Salah satu kelemahan utama Mitsubishi Grandis adalah konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang relatif boros. Mesin 4G69 berkapasitas 2.378 cc 4-silinder SOHC dengan teknologi MIVEC yang dipasarkan di Indonesia memang mampu menghasilkan tenaga yang cukup besar, namun hal ini harus dibayar dengan konsumsi BBM yang ‘lancar’.
Detail Konsumsi BBM
- Konsumsi Dalam Kota: Hanya sekitar 7 km/liter, yang tergolong boros untuk ukuran MPV.
- Konsumsi Luar Kota: Di jalur luar kota atau jalan tol, konsumsi BBM bisa mencapai 12 km/liter.
Dampak Performa
- Biaya Operasional Tinggi: Konsumsi BBM yang boros tentunya meningkatkan biaya operasional bagi pemilik.
- Kurang Menarik bagi Konsumen: Di era di mana efisiensi menjadi salah satu pertimbangan utama, Grandis menjadi kurang menarik.
Persaingan di Segmen MPV
Mitsubishi Grandis hadir di pasar yang sudah dipenuhi oleh banyak kompetitor kuat, seperti Honda Odyssey yang juga menawarkan desain stylish dan modern di era yang sama. Persaingan ini membuat Grandis harus berjuang keras untuk mendapatkan tempat di hati konsumen.
Kompetitor di Pasar
- Honda Odyssey: Menawarkan desain yang juga modern dan stylish, namun dengan reputasi dan penerimaan pasar yang lebih baik.
- Toyota Innova: Sebagai pemain lama di segmen MPV, Innova memiliki basis penggemar yang kuat dan reputasi keandalan yang tinggi.
Strategi Pemasaran
- Branding: Mitsubishi mungkin kurang agresif dalam hal branding dan pemasaran Grandis dibandingkan dengan kompetitornya.
- Penawaran Nilai: Grandis kurang menonjol dalam hal penawaran nilai yang unik yang bisa membedakannya dari kompetitor.
Kesimpulan
Mitsubishi Grandis, meskipun hadir dengan desain yang menarik dan performa mesin yang kuat, ternyata memiliki beberapa kelemahan signifikan yang membuatnya kurang laku di pasaran. Mulai dari desain yang tidak sesuai dengan selera pasar, konsumsi BBM yang boros, hingga persaingan yang ketat di segmen MPV, semuanya berkontribusi terhadap penurunan minat konsumen terhadap mobil ini. Dengan berakhirnya produksi Grandis di tahun 2011, kini mobil ini hanya menjadi bagian dari sejarah Mitsubishi yang penuh warna.
: Autofun
: Autofun